Kamis, 13 Maret 2008

Perbedaan Flash dgn Director

Overview
Setiap program mempunyai pernak pernik. Pada beberapa project tertentu, menggunakan Flash lebih nyaman dibandingkan dengan Director. Salah satu contoh, interface design untuk full site jauh lebih efisien jika menggunakan Flash. Tapi untuk membuat game dan program interface yang rumit akan lebih baik jika menggunakan Director. Director mempunyai timer yang jauh lebih kuat dibandingkan Flash. Dan hal ini adalah syarat mutlak untuk pembuatan games.
Flash lebih sering macet jika terdapat banyak element di dalam screen. Sementara Director selalu lancar bekerja dengan kecepatan yang sama kecuali anda memberi tugas yang sangat berat.
Director memberikan control yang lebih baik dalam berinteraksi dan melakukan manipulasi stage bagi para user. Sedangkan Flash kadang mengorbankan salah satu element untuk memperlancar daya kerjanya, namun untuk mendapatkan fitur animasi kecil yang molek lebih mudah menggunakan Flash dibandikan dengan Director. Flash memang bertujuan untuk mengatur dengan cara tersendiri, karena memang itulah fungsi utamanya.

Background
Pada awalnya hanya ada Macromind dan Director. Sedangkan Flash belum muncul. Kemudian setelah berjalan beberapa tahun, Micromind berubah menjadi Macromedia dan Director berkembang dalam menjadi beberapa versi.
Lalu, internet tiba-tiba menjadi sesuatu yang sangat penting bagi dunia. Dan browser plugin menjadi penting bagi para user yang menikmati pengalaman internet mereka.
Pada masa itulah dari perusahaan lain yang lebih kecil, Macromedia memperoleh Flash. Mereka bermaksud menjadikan Flash sebagai program rekanan bagi Director. Lalu Macromedia memutuskan bahwa browser plugin untuk development package terbesar mereka harus di bundle menjadi satu. Tentu saja itu merupakan ide yang hebat.
Mengetahui tentang perihal diatas, menjadi lebih mudah untuk mengerti mengapa lingkungan pembuatan/pembangunan bagi kedua program tersebut sangat berbeda. Tapi pada kenyatannya, ‘plugin’ adalah persamaan yang ada pada mereka.

Version
Sebenarnya saya tidak melihat alasan untuk membicarakan program awal dari kedua program tersebut. Saya hanya akan bicara soal Director 8.5 dan Flash 5.0 yang sudah saya gunakan selama ini. Keduanya telah membuat lompatan yang jauh dan saling terkait dalam hal improvisasinya.

Mari kita mulai membandingkan keduanya…

Graphics - Vector vs. Bitmap
Flash sudah jelas dapat mengerjakan artwork yang mempunyai dasar vector. Ia mendukung dengan baik dan sempurna dalam hal copy dan paste dari Illustrator. Ia juga mensupport import dari berbagai program lain yang sebenarnya mengexport vector artwork dalam format SWF. Selain itu juga sebagai editor yang tepat dan mudah digunakan untuk mengolah vector shape.
Namun Flash tidak terlalu bagus untuk mengerjakan bitmap. Bisa saja, tapi anda harus siap jika ada beberapa tampilan artwork yang lebih blur dari yang anda inginkan. Sebagai bitmap editor, ia jadi lebih tidak rapi/jelek. Khususnya terlihat saat anda melakukan zoom in pada image. Ia akan menampilakannya sebagai taksiran yang blur dari image yang sebenarnya. Tentu saja hal ini tidak akan menolong jika anda perlu bekerja dengan sentuhan detail pada pekerjaan anda.

Flash mengerjakan bitmap dengan cara yang aneh. Ia akan memegang sumbernya secara utuh diluar dari pandangan anda dan mengeditnya sebagai sebuah Symbol. Jadi, saat anda membagi beberapa bagian untuk melakukan editing, anda sebenarnya bekerja pada (sebut saja) sebuah cermin dari bitmap yang sebenarnya. Hal ini merupakan cara yang efisien untuk mengerjakan sumber asli jika anda membutuhkan bitmap yang sama pada lokasi yang berlainan atau perlu melihat perbedaannya sendiri-sendiri.

Director tidak dapat mengerjakan artwork sebaik Flash. Sebenarnya malah agak jelek. Saya lebih sering mencoba untuk menghindari menggunakan vector artwork kecuali benar-benar yang asli dan simple, seperti circle atau rectangle. Sebenarnya saya melihat lingkungan kerja dalam Director macet dan lambat merespon karena ia tidak dapat meng-handle vector art. Satu lagi yang aneh soal vector shape…. Anda tidak dapat memutarnya. Saya tidak mengerti kenapa mereka tidak memperhatikan hal tersebut.
Tapi.. Director dapat meng-handle bitmaps seperti sebuah mimpi… Itulah dimana kekuatan grafis yang nyata dari Director dapat dimainkan. Sebuah built in editor yang mulus dan tanpa cacat. Anda dapat dengan mudah membuat detail setiap pixel di edit dalam image anda. Anda juga dapat mengubah warna pada depth dan palette. Anda bahkan dapat meng-import palette bersama dengan imagenya, jika salah satu local palette yang ada tidak bekerja dengan cukup baik. Hal tersebut adalah trik yang hebat untuk menjaga size pada file tetap rendah. Alasan lain inilah mengapa bitmap jadi terlihat jauh lebih baik di dalam Director. Director juga men-support copy dan paste yang tepat dari Photoshop maupun aplikasi lainnya yang serupa.
Flash juga sebenarnya bisa.. tapi tidak terlalu akurat .
Dalam Director juga termasuk kerapian, fitur pembantu yang secara otomatis membuat area putih yang tidak menutup keseluruhannya , tetapi transparan. Itu sebenarnya untuk mengabaikan/menghilangkan warna dari bitmap. Para user Director pasti mengerti apa yang saya maksud. Putih digunakan default. Karena merupakan salah satu dari built in shortcut yang paling berguna. Juga, anda dapat mengubah warna transparent pada setiap bitmap dari putih menjadi warna apapun yang anda inginkan. Putih adalah default.

Director mempunyai dua fasilitas ink efek yang ‘keren’ dimana tidak disediakan oleh Flash. "Copy" akan membuat bagian luar menjadi sprite transparent. "Transparent" akan membuat setiap pixel dalam sebuah sprite transparent pas dengan setting yang dipakai saat itu untuk "background color". Dalam kedua kasus ini, putih adalah default setting, tapi anda dapat membuatnya sesuka anda.

Jika anda meng-compile program anda untuk di rilis, anda akan melihat bagaimana kualitas image bitmap yang tanpa cacat dihasilkan oleh Director. Sementara dengan Flash mereka akan terlihat blur meskipun anda meng-compress dengan JPEG pada kualitas tertinggi.
Point baik lainnya mengenai hal ini adalah apa yang terjadi saat anda meng-compile sebuah project dari program lain yang dimaksudkan untuk dapat dijalankan pada full screen.

Flash selalu menekan agar pas dengan skala dan grafis pada desktop. Jika anda menggunakan bitmap, mereka akan terlihat menakutkan saat di besarkan. Sementara untuk vector artwork akan terlihat sama. Selama vector artwork dapat di handle dengan baik oleh Flash, lebih baik anda menghindari bitmap.
Sementara Director tidak bermasalah dengan resolusi apapun. Karena pada Versi 8.0 anda dapat membuat scale pada stage sama seperti yang dilakukan Flash, tapi saya tidak merekomendasikannya selama bitmap anda tetap terlihat buruk sepeti yang dihasilkan oleh Flash.

Shockwave/Flash Plugin
Meskipun kedua aplikasi ini di compile untuk plugin, mereka tidak menggunakan bagian yang sama pada plugin. Shockwave dimaksudkan untuk sedikit lebih intensive daripada Flash. Plugin membutuhkan waktu yang agak lama untuk mengenali file DCR.
Sementara itu Flash SWF dimaksudkan untuk me-launching dengan sangat cepat. Ia juga dapat memegang projector berdiri sendiri. Streaming di dalam Flash di built in dan bekerja secara otomatis. Tentu saja anda dapat mengontrol stage dan menunggu sumber tertentu. Hal ini biasanya baik untuk pesan "Loading, please wait". Ini juga dapat dikerjakan oleh Director, tapi agak repot untuk di set up. Disinilah kelebihan yang ada pada Flash, dan untuk alasan ini juga banyak site yang menggunakan Flash untuk pembuatan interface sebuah web.

Kelebihan file Flash SWF adalah dapat membuat file lebih kecil dari file DCR yang normal. Tapi ini hanya sebagian saja karena biasanya para pengguna Flash menggunakan lebih banyak grafis vector.

Lembar kerja
Flash dan Director menggunakan "Cast" dan "Stage". Keduanya mempunyai timeline keyframe editor. Dalam Director mereka disebut "Score".

Satu lagi yang hebat yang ingin saya berikan adalah, dalam Director, anda dapat membuka berbagai macam editor manapun termasuk; Bitmap, Text, Lingo, Score dll… ini adalah fitur yang hebat saat anda membutuhkan untuk membandingkan sumber pada saat anda mengedit mereka. Sedangkan Flash hanya menawarkan satu window untuk editing saja, tidak peduli apapun tipe sumbernya.

Score
Keyframe editor dalam Director ( "Score") jauh lebih pintar dan mudah digunakan dibandingkan Flash. Fungsi pengeditan yang paling sederhana di Flash akan meminta berbagai macam langkah untuk menjalankannya, dimana Director, hanya memerlukan click dan drag. Hampir tidak mungkin untuk mengedit sumber yang beragam secara simultan dalam Flah, sementara dalam Director, hal itu sangat mudah dilakukan.
Menampilkan Sprite pada Stage dalam Flash lebih sulit dibandingkan dengan yang diperlukan. Semua aspek penting dari tampilan seperti, opacity, transparency, position dll… semua di handle dalam satu tempat yang sama di bagian atas Score dalam Director. Sementara itu mereka menyebar memenuhi bagian miscellaneous dan tab di dalam Flash. Hal ini akan membuat kita frustasi saat mencarinya.

Keyframes dalam Flash di handle dengan sangat berbeda dengan Director (atau aplikasi lainnya). Biasanya, anda hanya akan punya satu obyek dalam sebuah key frame. Dalam Flash anda dapat menumpuknya sesuka anda. Yang anehnya anda dapat menampilkan beragam object tanpa ada efek sampingnya. Hal ini tidak dapat anda lakukan pada aplikasi lain. Tapi di Flash bisa.. untuk beberapa kasus memang baik karena anda dapat menyimpan data layer jadi lebih pendek, tapi akan membuat beberapa pengeditan jadi lebih sulit dari yang seharusnya. Dengan kata lain, tehnik mengakses obyek menggunakan Action Script berbeda dengan yang ada dalam Director. Dalam Director, anda dapat lansung mengakses melalui channel (layer) yang sudah tersedia.
Pada Flash, anda harus menamakan obyek secara fisik (instance) sebelum anda mengaksesnya dengan Action Script.

Dalam Director, anda mempunyai control level yang tepat dan sama untuk obyek manapun pada stage (yah, mungkin ada sedikit pengecualian). Anda juga dapat mengontrol penggunakan Lingo dengan sangat mudah. Bisa juga sih anda lakukan di Flash, tapi syntax-nya akan berantakan dan tidak konsisten.
Dalam Flash, anda harus berhadapan dengan jenis sumber yang berbeda (bisa Movie clip, button atau grafis). Jadi anda harus pasti dengan action seperti apa yang anda inginkan yang dapat di set pada sumber yang ditentukan sebelum anda mencobanya. Dan mereka juga tidak akan membuatnya lebih mudah bagi anda untuk mengetahui apakah disupport atau tidak. Lebih tidak membantu lagi, anda hanya akan melihat menu line memudar.
Berikut contohnya:
Untuk membuat grafis respon "MouseDown" menggunakan Director, anda hanya tinggal meletakkan code mousedown pada resource dalam cast, atau behavior ke dalam sprite channel pada Stage. Sebenarnya ada 4 tempat yang berbeda untuk meletakkan code di dalam Director. Anda dapat menggunakan yang terbaik untuk kondisi yang diperlukan saat itu. Dan tentu saja tidak membuat perbedaan sama sekali pada jenis sumber apapun.
Dalam Flash, anda dapat meletakkan grafis pada stage, meng-convert-nya pada symbol "Button", lalu tambahan action. Memang memerlukan langkah ekstra. Karena itu anda harus merencanakan dulu sebelum anda membangun sumber anda.

Stage
Stage pada kedua aplikasi ini hampir sama kecuali satu. Stage dalam Flash tidak mempunyai border, hanya sebuah outline. Dalam Director, stage adalah floating window yang terlihat begitu produk anda selesai. Terserah anda ingin memilih yang mana.

Dalam Flash, pada saat kunci panah mendorong sprite, maka kenaikan pada sprite tergantung dari tampilan yang ada saat itu. Sedangkan dalam Director ia hanya selalu satu pixel (10 pixel jika SHIFT ditekan). Dan hal tersebut adalah kesalahan besar dalam Flash.

Kedua aplikasi ini mendukung Masking. Dalam Director membutuhkan beberapa setup dan planning yang sulit, tapi akan mengasilkan dengan sangat baik. Anda harus membuat kreasi sebuah grafis 1-bit hitam pada shape di area yang terlihat/visible. Tempatkan cast member tepat disebelah apa yang ingin anda mask. Lalu letakkan grafis dalam Score dan set pada blend lalu mask. Karenanya anda harus memisahkan sumber pada setiap mask.
Flash meng-handle-nya dengan sedikit lebih baik. Set layer menjadi “Mask”. Letakkan shape pada area yang anda inginkan di layer, maka semua yang ada di bawah hirarki akan berada di bawah mask.

"Cast" dan "Library"
"Cast" dalam Director dan "Library" dalam Flash agak mirip. Pada Flash library akan menampilkan daftar yang akan dibagi ke dalam subfolder. Cast dalam Director hanya grafis thumbnail kecil tanpa hirarki yang kurang berarti.
Dalam Director, anda dapat dengan mudah mengindentifikasi cast member apa yang menempati sebuah key frame, ia akan tertulis dengan benar pada tweener.
Dalam Flash, anda harus membuka group obyek dan punya Info tab visible untuk mengidentifikasi sumbernya. Sekali lagi, langkah ekstra. Pada kedua kasus, untuk membuka pengeditan klik dua kali pada obyek. Dalam Director, akan sering terlihat hasil editor yang sesuai/tepat. Sedangkan dalam Flash, dengan default, lebih mudah membukanya pada Stage. Memang aneh, tapi inilah kelebihan tehnik pada beberapa kasus yang ada.

Perbandingan Movie Clips dalam dan Film Loops dalam Director
Inilah kasus dimana Flash lebih menang. Mereka sudah siap dengan konsep yang sangat baik untuk hal ini.

Pada Director, anda men-set animasi anda lalu meng- copy/paste keyframe kedalam cast member. Lalu anda baru dapat men-drop “Film Loop” pada Stage dan biarkan. Kedengarannya cukup mudah, dan memang… tapi ada 3 masalah utama disini, yaitu:
1) Saat sprite blending diabaikan oleh Film Loops, hit detection akan aktif untuk seluruh bounding box pada Film Loop. Hal ini sangat buruk jika anda hanya membutuhkan hit detection untuk merespon shape pada visible sprite saja.
2) Anda tidak dapat rotate, blend, atau nantinya malah akan berakibat pada film loops yang ditempatkan disamping stage, dengan menggunakan Lingo.
3) Lingo tidak dapat mengeksekusi yang ada diantara film loops dengan tepat.

Pada Flash, anda dapat mengambil seluruh set pada timeline, Action Script dan semua, lalu masukkannya dalam stage. Kemudian anda dapat menggunakan Action Scripts lain untuk mengontrolnya hingga sesuai. Anda juga dapat langsung melompat ke frame label, play, stop dll.. Anda juga bisa men-set StartDrag dan StopDrag pada seluruh clip. Ini benar-benar trik yang keren dan sangat berguna.
Satu lagi kelebihan lain yang dapat anda ambil dari Flash program, masuk dalam Movie clip lalu copy/paste ke dalam file Flash lainnya, dan sudah pasti akan berfungsi dengan sempurna.

Playback controller
Kedua aplikasi ini dapat digunakan untuk menguji movi anda. Untuk hal ini Director yang menjadi pemenangnya. Saat sedang men-tes work space, program ini akan bekerja 100% sama dengan seperti saat di compile. Hal ini mengasumsikan bahwa program ini tidak terpengaruh dengan sumber dari luar.
Dalam Flash, tombol play tidak ada faedahnya sama sekali. Jujur saja, saya tidak tahu mengapa mereka memasukkan ini. Satu-satunya cara akurat untuk melakukan test sebuah movie adalah mengggunakan "Test Movie". Yang menjadi masalah jika menggunakan perintah "Test Movie", Flash harus mem-publish file SWF pada default setting (nama file dari scene atau movie). Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk "Test Scene". Jadi, jika anda harus men-test banyak model, maka anda akan punya banyak file SWF yang tidak berguna bertebaran dimana-mana.

Stability
Dalam hal ini, Director menjadi aplikasi pemenang dengan mudah. Memang keduanya mempunyai masalah masing-masing. Ada kemungkinan crash ataupun kerusakan file pada kedua program tersebut. Tapi, Director kelihatannya dapat bertahan lebih lama sebelum terjadi crash. Maksud saya.. kira-kira akan terjadi crash pada Director sekitar setiap 7 sesi sekali. Sedangkan pada Flash terjadi tiap 3 sesi sekali. Saya sarankan untuk menggunakan Windows OS's pada sesi ini, karena saya kurang punya pengalaman menggunakan Macs.
Terjadinya crash pada kedua program tersebut disebabkan oleh alasan yang sama.. Memory. Mungkin ini sudah menjadi issue bagi windows bukan programnya. Yang saya tahu, Windows mempunyai problem yang sangat serius dalam hal memory management. Kita akan bahas opini saya mengenai hal ini setelah kita menyelesaikan soal compiling, switching apps, copying dan pasting, dll… lemahnya memory membuat kedua aplikasi ini jadi kelihatan bodoh.

Satu hal paling penting yang harus anda perhatikan adalah jika anda menemukan dialog ini "A fatal error has occurred. Director will quit now" dalam Director. Jika anda mencoba untuk men-save file setelah peringatan itu, maka akan terjadi kerusakan/corrupt. Sering ini terjadi tanpa alasan yang jelas. Tapi, biasanya hal ini disebabkan karena terjadi error copying dan pasting pada cast members. Hal ini khususnya terjadi jika anda menggunakan Lingo untuk menampilkan aksinya. Tapi jika anda tetap mengoperasikan dengan menggunakan Lingo, yang terbaik adalah meng- compile code dan men-testnya diluar Director.

Sekarang problem terbesar di Flash. Copying dan pasting code dalam Expert mode akan membuat progam menjadi tidak stabil dalam jangka waktu yang pendek. Anda dapat mengidentifikasinya dengan melakukan salah satu langkah dibawah ini.
1) Semua font tiba-tiba berubah bold dan membesar.
2) Daftar action pada bagian kiri panel Actions window menghilang/blank. Hal ini biasanya akan diikuti dengan munculnya dialog "A required resource was" . Jika anda men-save file anda, maka akan terjadi corrupt dan tidak dapat digunakan lagi.

Pada kedua kasus diatas, anda harus selalu mem- back up file-file anda, sebelum melakukan pekerjaan lebih lanjut.

Programming
Action Scripting dan Lingo
Akhirnya kita sampai juga membahas ini, Saya akan mencoba menjelaskan dengan simple. Untuk yang ini, saya lebih suka Director, bukan karena saya menggunakan Director lebih dulu tapi.. silahkan anda baca dan lihat apa yang saya maksud.

Tidak ada perbedaan berarti pada bahasa program ini. Lingo lebih berorientasi pada obyek dan syntac, mungkin lebih mirip Visual Basic dibandingkan bahasa program lain. Sedangkan Action Scripting lebih berorientasi pada prosedur bukan pada obyek. Syntax lebih mirip bahasa C.

Dalam Director, anda dapat men-set function dan procedure sendiri dan memanggilnya kapanpun anda mau. Dengan Flash, lebih mudah men-set code di Movie Clip dan mengaktifkannya dengan membuat clip play. Hal ini jadi merepotkan jika anda harus membuat modifikasi code menjadi beberapa movie clip yang berbeda.

Flash mengambil pendekatan tampilan normal yang lebih disukai dalam metode penulisan code. Hal ini didasari apapun penulisan dan format anda dengan beberapa klik. Fitur ini sangat menyenangkan bagi orang yang tidak suka menulis code. Anda bisa men-swicth Expert mode lalu menulis sesukanya, dan tetap saja anda mempunyai pilihan untuk menggunakan metode otomatis. Tapi ada masalah BESAR disini. Ada bug di dalam Flash compiler. Jika anda menulis dalam Normal mode, code anda akan langsung dicompile. Jika anda menuliskan seluruh code dalam Expert mode, maka tidak akan dicompile sampai program tersebut di test atau di publish. Compiler tersebut tidak bisa bekerja sebaik compiler pada Normal mode. Saya tidak tahu apa sebabnya, tapi anda harus secara berkala mengganti mode dimana dapat memaksa code untuk di compile, atau ia tidak akan berfungsi dengan baik. Saya sebenarnya punya code murahan, tapi bagus, gagal bekerja pada diuji – jadi, saya ganti mode dan menjalankannya lagi.. ternyata bisa bekerja dengan baik. Juga dapat memaksa code untuk masuk dengan pas dimana expert mode tidak dapat melakukannya.

Director, juga mempunyai arti code yang ditulis ulang, tapi pada bagian akhir cascading menu akan memakan waktu yang lama, mungkin lebih baik anda menulisnya sendiri.
Director memberi anda kemampuan untuk meng-attach code obyek menggunakan metode yang sedikit berbeda. Anda dapat menulis 1 behavior lalu meng-attach-nya ke 100 obyek pada stage yang ingin anda gunakan. Anda dapat menulis code yang dieksekusi saat playhead di enter atu exit dari sebuah frame. Anda bahkan dapat men-set up sebuah script buatan sendiri yang dapat bekerja kapanpun terjadinya action tertentu. (misalkan.. mousedown atau keydown). Lalu anda dapat meng-attach code langsung ke sebuah obyek tanpa harus meng-attach behavior. Anda juga dapat men-set up daftar diatas daftar dari fungsi yang dapat dipanggil dari manapun.
Hal ini jauh lebih fleksibel dibandingkan metode yang ada pada Flash. Satu-satunya pilihan di Flash adalah, saat playhead memasukkan frame atau action pada tombol. Saya dengar anda dapat membuat function call, tapi tidak masuk akal bagi syntax. Director secara otomatis akan meng- code format, indent dan color code, untuk anda. Ia akan meng- compile code kapanpun program di save atau saat play button hit.

Debugging
Watcher dalam Director adalah tempat dimana anda dapat memasukkan nilai variable dan melihatnya (dan men-setnya). Ini mungkin satu fitur yang paling bagus yang ada.
Debugger window dalam Flash, hanya, tempat sampah. Sangat tidak mungkin untuk menemukan apa yang anda cari. Saya biasanya menaruh text field pada stage dan menempatkannya pada nilai yang saya inginkan. Untuk keduanya saya tambahkan Trace functions dan ditempatkan dimana saya perlu tahu nilainya. Tapi hal ini akan membuat Output pop up window terganggu.

Variables
Kedua program ini mensupport variable rata-rata yang diperlukan. Dan kedua program dapat mengidentifikasi type variable secara langsung. Kedua program men-support multidimensi array (atau list, bisa disebut dalam Director). Keduanya mempunyai kemampuan untuk menset up array dengan multiple type data. Director mengatur array sedikit lebih baik daripada Flash. Anda dapat membuat struktur data lengkap dari type object, jadi anda dapat mengaksesnya dengan nama atau malahan dari posisi pada list.

Saya dengar para programmer lebih suka metode "using dot syntax". Itu adalah,objectName(dot)Parameter. Saya kira itu adalah cara akurat untuk menggambarkannya.
inilah salah satu alasan saya membandingkan Lingo dengan Visual. Mereka dapat mengakses obyek dengan model ini. Karenanya, anda dapat membuat seluruh obyek stuktur data dan mengaksesnya dengan syntax yang sama dengan yang anda gunakan untuk mengakses semua obyek Director. Anda juga dapat dengan mudah menggunakan string variable yang mengacu pada nama obyek Basic.

Flash tidak dapat memiliki kemampuan untuk men-set up struktur data seperti ini. Flash menggunakan dot syntax untuk berkomunikasi dengan beberapa obyek, tapi syntax berbeda degan setiap type obyek, dan anda tidak dapat selalu dengan mudah menggunakan variable nama yang berhubungan dengan mereka.
Satu-satunya cara untuk mendapatkan value dalam array adalah dengan mengakses posisi value menggunakan integers. Yang menyusahkan jika anda mempunyai array rumit yang harus anda akses.

Perbedaan besar lainnya adalah bagaimana Local variables dan Global variables di handle. (Local variables hanya berada dalam memory sampai procedure atau function-nya selesai, Global variables mengembalikan value mereka sampai programnya keluar). Kedua program tersebut menangani Local variables dengan cara yang persis sama. Memang tidak sepenuhnya untuk Globals. Director punya metode yang lebih baik lagi. Anda harus secara konstan mengatur Global variable untuk semua procedure yang digunakan. Jika gagal melakukannya akan mengakibatkan program diperlakukan sebagai Local. Tapi sekali anda menyatakan variablenya anda dapat menggunakannya terus dimanapun. Flash mengamil setiap variable yang di inisialkan di root level/ level akar, dari apapun yang mempunyai root level dan membuatnya menjadi Global. Jadi kapanpun anda mengakses variable tersebut, anda harus meletakkannya secara lengkap di bagian depan. Sekarang problem yang sebenarnya disini adalah anda tidak pernah dapat mengidentifkasi secara tepat path apa yang berikutnya. Jadi, variable yang anda maksud dijadikan didalam Global. kadang tidak dapat diakses juga. Saya selalu mengakhiri dengan meletakkan semua dari Global ke dalam frame pertama di scene. Dan saya tahu saya akan mendapatkannya mereka dengan menggunakan "_root."

Xtras
Xtras sejalan dengan file .DLL dalam Windows. Idenya adalah agar para developer dapat membuat fungsi baru dan memesan kata-kata baru yang bisa dipanggil dari Lingo sebagimana mereka menjadi bagian dari code original dasar yang disupport. Xtras biasanya ditulis dan di compile dalam bahasa C. Ada perpustakaan Xtras yang sangat besar yang dapat dipakai bagikedua program itu, ada yang free ada juga yang harus membayar.

Flash mempunyai sub set file yang mirip yang disebut Extensions. Menangani file ini tidak terlalu mudah seperti Director. Anda harus men-download Extension Manager dari Macromedia dan bahkan meng-install dulu sebelum menggunakannya. Ada juga beberapa Extension yang sudah umum dan terbatas yang dapat dibandingkan dengan Director Xtras.


(sumber: www.Augesweb.com)

1 komentar:

Liny Hyukiee mengatakan...

mas, kira kira file hsil edit dri flash bsa di import ke director gak???q dah coba,tpi yg ad pas file dri flash q jlnkan di director trnyta g bsa jln filenya.(mksdnya file dri flash bntuknya animasi)